Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana (LPPM Unud) menargetkan mengembalikan kejayaan Jeruk Keprok Tejakula dengan menanam 1.000 bibit pohon jeruk keprok Tejakula di desa wilayah Kecamatan Tejakula, seperti Desa Tejakula, Desa Sembiran, Desa Bon Dalem, dan Desa Les, Kabupaten Buleleng Bali. Kejayaan jeruk keprok Tejakula di tahun 1980-an acap kali dirindukan masyarakat wilayah Buleleng Timur. Kombinasi rasa manis dan asam serta warna kulit oranye cerah membuat jeruk keprok Tejakula menjadi primadona yang digemari masyarakat. Namun, akibat serangan penyakit CVPD (citrus vein phloem degeneration), popularitas jeruk menurun bahkan punah sejak tahun 1983.
Setelah sebelumnya dilakukan penanaman yang sama di Desa Tejakula, Tim LPPM Unud bersama petani setempat menanam 345 bibit jeruk keprok Tejakula di Desa Sembiran Buleleng, Minggu (19/1/2020). Penanaman dilakukan dengan dengan sistem tanam tumpang sari antara tanaman jeruk keprok Tejakula dengan tanaman turi yang diberi nama Sijuri (Sistem Integrasi Jeruk dan Turi).
LPPM Unud melalui Laboratorium Biopestisida optimis langkah ini akan berhasil setelah ditemukan formula biostimulan yang mengandung bakteri Stenotrophomonas maltophilia. Bakteri ini dinilai mampu membantu keseimbangan dan menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen. Tim ini terdiri dari Prof. Dewa Ngurah Suprapta, Prof. I Gede Rai Maya Temaja, dan Dr. Khamdan Khalima.
Upaya budidaya jeruk keprok Tejakula oleh tim peneliti LPPM Unud disambut baik Pemerintah Provinsi Bali. Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura Bali, Nyoman Suastika berjanji senantiasa mengawal tumbuh kembang jeruk keprok khas Tejakula ini. “Kita akan sinergikan dan mengawal kondisi tanaman, identifikasi, lihat perkembangannya, amati, dan kalau pun ada serangan hama penyakit, akan kita kawal dengan penyediaan sarana prasarana yang ada,” tegas Suastika.
Kelian Banjar Dinas Dukuh Desa Sembiran, Nengah Ardana berharap uji coba akan berhasil dan dapat mengembalikan kejayaan jeruk keprok Tejakula di Desa Sembiran serta untuk kesejahteraan petani. “Masalahnya curah hujan yang kurang dan penyakit CVPD ini. Ditanam 1 atau 2 tahun sudah mati. Ditanam 2 hingga 3 kali juga sudah kuning kena penyakit,” tutur Nengah
Berbeda dengan desa lainnya, Desa Sembiran yang memiliki kontur tanah berbukit cenderung mengalami kesulitan air terutama di musim kemarau. Meski demikian, Prof. Dewa Ngurah Suprapta bersama tim optimis tanaman turi yang ditanam bersama bibit jeruk keprok ini membantu pertumbuhan jeruk keprok Tejakula di Desa Sembiran. “Terutama pada musim kemarau tidak ada sumber air, tapi kami optimis penanaman turi bisa membantu menjaga kelembaban kebun dan menyuburkan tanah,” tuturnya.
Tanaman turi merupakan jenis legum yang berfungsi membantu mengikat udara dan menyimpannya dalam bentuk bintil akar. Dengan fungsinya ini, tanaman turi mampu menjaga kelembaban kebun dan mengurangi tingkat stres pada tanaman akibat kekeringan. Selain itu, bunga, buah, dan daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Tanaman turi pun dapat meningkatkan keragaman hayati serangga yang bermanfaat baik bagi tanaman. “Turi juga disukai serangga, sehingga keragaman hayati serangga meningkat dan penyebaran penyakit yang dilakukan serangga kepada jeruk bisa kita hambat,” pungkas Prof. Dewa Ngurah Suprapta.
Tidak sekadar menanam, LPPM Unud turut melakukan monitoring dan melibatkan mahasiswa untuk mempelajari kesuburan tanah, keanekaragaman hayati serangga, dan penelitian lainnya. “Kita akan melakukan monitoring, kegiatan ilmiah untuk mahasiswa seperti keragaman hayati serangga, kesuburan tanahnya, membandingkan jeruk yang ditanam tanpa turi untuk melihat kemungkinan penyakit yang timbul,” tambah Prof. Dewa lagi. (Media Udayana)